Why Does My Business Need a Blog?

Consistently writing a blog is a big commitment. Even if you’re willing to incur the costs of outsourcing it to an agency, it still requires effort and attention. Many small business owners find…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Kondisi Perekonomian Indonesia ditengah Krisis Ekonomi Global

Pertengahan tahun 2022 ini,bank dunia memperingatkan risiko mengenai ancaman resesi yang semakin nyata. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya angka inflasi dan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Angka inflasi yang tinggi dapat mendorong ekonomi ke jurang resesi. Inflasi yang terus naik membuat harga komoditas pangan dan energi masih terus naik dan saat ini berada di level yang tinggi. Hal tersebut erat kaitannya dengan dampak perang Rusia-Ukraina, serta sanksi negara barat terhadap Rusia yang menimbulkan permasalahan lainnya. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya kendala pasokan dari negara Rusia yang berakibat meningkatnya angka inflasi dan menyebabkan kelangkaan. Inflasi yang terjadi mulai terlihat meningkat ketika negara-negara di dunia mulai keluar dari pandemi COVID-19 dan kembali dibukanya perekonomian membuat konsumsi masyarakat kembali naik. Akan tetapi di satu sisi terdapat gangguan pasokan, sehingga produsen tidak dapat memenuhi permintaan pasar yang membuat harga melonjak tajam. Dampak inflasi yang tinggi telah memaksa bank sentral di negara-negara maju melakukan kebijakan moneter, dengan menaikkan suku bunga di negara mereka. Perubahan kebijakan moneter dan likuiditas yang makin ketat, dapat membuat ekonomi terperosok ke jurang resesi. Dua raksasa ekonomi dunia, yaitu China dan Amerika Serikat juga terkena dampak kenaikan laju inflasi dan perlambatan ekonomi. Hal tersebut membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di tahun ini dan tahun depan dipangkas oleh IMF. Melihat kondisi perekonomian dunia yang semakin mengkhawatirkan, tentu perekonomian Indonesia akan terdampak pula. Beberapa langkah antisipasi telah disiapkan oleh pemerintah guna menyelamatkan perekonomian Indonesia tetap stabil dan sampai semester II tahun 2022, perekonomian indonesia telah menunjukan kinerja yang positif dan Indonesia berhasil menjaga kondisi perekonomiannya tetap stabil.

Global Kondisi global saat ini masih belum dalam tahap aman. Setelah diterjang pandemi COVID-19 yang cukup berdampak besar pada dunia selama kurang lebih dua tahun, banyak negara yang masih dalam tahap perbaikan atau recovery pasca pandemi. Belum selesai dengan wabah COVID-19, awal tahun 2022 dunia kembali dikejutkan dengan invasi yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina. Hingga saat ini, perang yang sedang berlangsung menimbulkan banyak risiko, baik dalam keamanan manusiawi secara nyata maupun tidak. Pandemi dan perang Rusia-Ukraina hanyalah dua masalah besar yang dialami pemerintahan global saat ini. Padahal, jauh sebelum itu, dunia pun sedang mengalami permasalahan lain, seperti perang-perang kecil di perbatasan, invasi Yahudi Israel di Palestina, wabah-wabah baru yang berpotensi mengancam kehidupan manusia, masalah iklim, hingga krisis energi. Wabah penyakit dan perang antara Rusia-Ukraina terhitung sebagai masalah dan tantangan besar saat ini. Hal tersebut dikarenakan mengancam aliran distribusi barang-barang logistik dan energi. Wajar saja, Rusia maupun Ukraina menjadi salah dua negara yang memiliki andil dalam suplai logistik dunia, baik bahan pangan maupun energi. Kini, “pemain utama” merupakan negara-negara yang memiliki power besar. Tentu saja, gejolak yang dialami mereka akan berdampak pada banyak negara, salah satunya kestabilan ekonomi global. Setidaknya, ada sekitar 10 negara di dunia yang telah mengalami inflasi dan terancam resesi pada kuartal kedua 2022 ini. Tsunami inflasi menyapu berbagai negara di Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara lain. Setidaknya 60% negara memiliki tingkat inflasi tahunan di atas 5%. Pada negara berkembang, inflasi bisa berada di atas 7%. Menurut data dari Trading Economic pada April 2022, setidaknya ada 10 negara dengan inflasi tertinggi dengan urutan pertama diduduki oleh Venezuela dengan tinggi inflasi mencapai 222%, kemudian disusul oleh Zimbabwe (96,40%), dan kemudian Turki yang hampir mencapai 70%. Pertumbuhan ekonomi yang tak menentu menyebabkan terjadinya resesi dan krisis. Konsensus global sekarang untuk pertumbuhan ekonomi dunia rata-rata hanya 3,3% tahun ini, turun dari 4,1% diharapkan pada Januari lalu, sebelum perang meletus. Inflasi global diperkirakan sebesar 6,2%, atau 2,25% lebih tinggi daripada perkiraan Januari lalu. IMF menurunkan perkiraannya untuk 143 negara tahun ini yang menyumbang 86% dari produk domestik bruto (PDB) global.

Perekonomian Indonesia sedang tumbuh impresif di triwulan 2 tahun 2022 yakni sebesar 5,44% (YoY) dan secara triwulanan, ekonomi nasional tumbuh 3,73% (QoQ). Bahkan PDB harga konstan naik sebesar Rp2.924 yang dimana capaian ini jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. Capaian ini menjadi bukti bahwa tren pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan semakin menguat. Selain itu, capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka yang melebihi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang diterbitkan IMF untuk tahun 2022. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada angka 3,2%. Keberhasilan Indonesia dalam menjaga kestabilan ekonomi agar tetap bertumbuh patut diacungi jempol. Dalam keterangan yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, penopang utama dalam pertumbuhan ekonomi di triwulan ini adalah pengeluaran konsumsi dan ekspor. Kebijakan pemerintah yang memberikan kebebasan masyarakat untuk melakukan mudik di Hari Raya Idul Fitri juga telah mendorong konsumsi masyarakat dengan sangat kuat dan menghasilkan perputaran ekonomi di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu kinerja impresif dari ekspor juga turut memberikan sumbangan pertumbuhan yang signifikan dan faktor harga komoditas, menguatnya kapasitas output di berbagai sektor juga turut mendorong peningkatan ekspor Indonesia. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia juga mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan ekonomi di luar jawa seperti Maluku dan Papua tumbuh tinggi sebesar 13,01%, bahkan Bali dan Nusa Tenggara tumbuh mencapai 3,94%. Pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan tercermin juga dari pertumbuhan di sisi sektoral. Industri pengolahan sebagai pengendali terbesar tumbuh positif sebesar 4,01% (YoY). Sektor tertinggi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh sebesar 21,27% dan sektor Akomodasi dan makan minum yang tumbuh sebesar 9,76%. Pertumbuhan ini diyakini masih akan terus berlanjut, hal ini tercermin dari kinerja positif berbagai leading indicator ekonomi. Di tengah ketidakpastian perekonomian global, indikator sektor eksternal Indonesia berjalan relatif baik dan terkendali. Hal ini tercermin dari transaksi yang berjalan surplus dan neraca perdagangan yang surplus selama 26 bulan berturut-turut, cadangan devisa yang tetap tinggi per Juli 2022 yang dapat membiayai 6,2 bulan impor, dan juga rasio utang yang masih berada pada level yang aman. Melihat pertumbuhan ekonomi yang sampai dengan triwulan II tahun 2022 masih dalam tren positif, pemerintah dinilai harus konsisten dalam menjalankan berbagai strategi dan kebijakan utama agar tren pertumbuhan ekonomi tetap terjaga ditengah gejolak perekonomian yang membuat kenaikan harga pangan dan energi. Kenaikan harga tersebut akan memicu Inflasi bahkan resesi apabila pemerintah tidak waspada terhadap keadaan tersebut.

Kondisi dunia tengah dalam kondisi yang kurang baik. Sejumlah ancaman datang kepada negara-negara di dunia yang membuat kondisi perekonomian dunia sedang buruk. Sejumlah ancaman yang datang adalah krisis, inflasi, resesi, bahkan stagflasi yang merupakan resesi yang dibarengi oleh inflasi yang tinggi. Menurut Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, lonjakan angka inflasi Indonesia per juli 2022 mencapai 4,94 persen. Hal tersebut masih bisa dikendalikan karena besarnya subsidi energi dari APBN yang mencapai Rp502 triliun. Lalu, apakah APBN kuat menanggung kenaikan laju inflasi yang membuat harga bahan energi naik?. Seperti yang diketahui, harga bahan bakar minyak, elpiji, listrik bukanlah harga yang sebenarnya, melainkan harga yang telah disubsidi oleh pemerintah. Hal tersebut tentunya membuat APBN menanggung beban yang terlalu tinggi karena adanya inflasi yang terjadi. Melonjaknya angka inflasi yang terjadi membuat negara-negara harus bersiap menghadapi ancaman yang paling buruk. Kenyataan yang harus diperhitungkan banyak negara-negara yang ada di dunia saat ini adalah angka inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi melambat. Diketahui, pada kuartal II 2022, pertumbuhan AS terkontraksi sebesar 0,9 persen. Kontraksi ekonomi ini membuat ekonomi AS kembali menyusut dua kuartal berturut-turut. Dalam pemahaman resesi ekonomi, suatu negara bisa dikatakan mengalami resesi apabila pertumbuhan ekonomi negara tersebut negatif dua kali berturut-turut. Sedangkan angka inflasi Amerika Serikat pada juli 2022 tercatat 8,5 persen, tingkat inflasi tersebut berangsur landai apabila dibandingkan dengan tingkat inflasi yang terjadi pada juni 2022, yakni 9,1 persen. Tingkat inflasi yang tinggi dan dibarengi oleh keadaan resesi akan membuat kondisi perekonomian suatu negara berada di tahap stagflasi. Stagflasi merupakan laju inflasi melampaui ekspektasi, sementara perkiraan pertumbuhan dengan cepat menurun. Dalam uraian lain stagflasi dijelaskan dengan ciri dimana harga barang terus tinggi sementara penghasilan tidak naik. Stagflasi mencerminkan masa-masa ketika sekeras apapun usaha mencari uang, namun uang yang dikumpulkan nilainya tidak bisa mencukupi angka tukar barang, sementara itu tidak ada usaha yang bernilai ekonomis yang dapat dilakukan karena kelangkaan bahan yang kemudian lebih jauh berimbas pada peningkatan jumlah pengangguran.

Ditengah kelesuan pertumbuhan ekonomi global yang dipengaruhi oleh berbagai hal seperti pemulihan pasca pandemi COVID-19 dan juga hubungan beberapa negara besar yang memanas sehingga berdampak secara langsung pada gangguan suplai berbagai komoditi strategis, Indonesia berhasil menunjukan keperkasaanya dalam menjaga laju pertumbuhan ekonominya. Namun, pemerintah perlu mewaspadai berbagai kemungkinan buruk yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Walaupun kondisi Indonesia saat ini masih terbilang aman, Indonesia memiliki kekurangan pada kedalaman finansial. Indonesia masih tergolong pada negara dengan kedalaman finansial yang dangkal jika dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki kesetaraan yang sama dengan perekonomian Indonesia. Masih banyak masyarakat yang belum tersentuh layanan bank secara formal. Indonesia menempati posisi ke-4 terbesar di dunia dalam hal masyarakat yang belum tersentuh layanan bank secara formal. Angka market share pasar modal Indonesia juga terbilang masih sangat kecil dan tidak menjadi alternatif yang kompetitif bagi sektor perbankan. Lembaga keuangan non-bank pun belum mengikuti pertumbuhan ekonomi. Hal ini menjadikan basis investor dalam negeri belum mampu menyediakan pembiayaan jangka panjang yang memadai untuk pembangunan ekonomi Indonesia. Kondisi ini menjadikan Indonesia memiliki ketergantungan dan kerentanan eksternal yang tinggi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih dalam penguatan perekonomian dalam negeri supaya dapat melahirkan pasar yang lebih luas dan kuat untuk menunjang perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Add a comment

Related posts:

Climbing the Mountain Called Dreams

It is easy to want things but to make them happen — not so much. As I entered university, I made a bucket list of all the things I wanted to do in the future. One of the items on this list was to…

CDC stories by database

CDC stories by database. “Change Data Capture (CDC) for mongodb using Go (Golang)” is published by Adam Szpilewicz in Towards Dev.

Another Killer Fat Loss Masterpiece Geared Towards Women

Fat loss is a hot topic in the world of health and fitness, and for good reason. Losing excess body fat not only improves our physical appearance but also has numerous health benefits, such as…